Kamis, 14 April 2011

Sekutu Racuni Libya Dengan Uranium

 TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Serbuan pasukan koalisi Barat ke Libya ternyata tak cuma mematikan bagi Moammar Khadafi dan tentara pendukungnya. Tetap juga mematikan bagi warga sipil Libya anti-Khadafi serta anak cucu keturunan mereka hingga miliaran tahun mendatang.
Seorang ahli berkeyakinan, pasukan sekutu Barat terbukti menggunakan uranium terdeplesi (depleted  uranium atau DU) dalam serangan udara mereka terhadap Libya, sekalipun mereka menyangkal, telah menggunakan logam beracun tinggi itu.
Conn Hallinan, seorang kolumnis dari Foreign Policy di Focus, Rabu (13/4), mengatakan, setelah memeriksa luka (kerusakan-Red) dampak yang ditinggalkan oleh tank-tank di Libya, dia hampir yakin bahwa uranium terdeplesi telah digunakan. “Secara politik, ini adalah ide yang buruk. Secara medis, ini adalah ide yang sangat buruk. Ini adalah salah satu hal dari sebuah senjata efektif yang harus anda jauhi,” ujarnya melanjutkan.
Dia menambahkan bahwa mengingat jumlah uranium terdeplesi di tangan Washington, militer AS hanya akan semakin memenuhi medan tempur asing dengan logam beracun selama bertahun-tahun ke depan.
Uranium terdeplesi memiliki masa hidup 4,5 miliar tahun sehingga mendapat julukan “Pembunuh diam yang tidak akan pernah berhenti membunuh” di Libya. Granat, bom, dan rudal jelajah berujung uranium terdeplesi dan tungsten memang akan mudah menembus baja berat dan benteng. Namun akibatnya, udara, air, dan tanah juga terkontaminasi ketika senjata semacam itu digunakan.
Dr. Doug Rokke, mantan direktur Proyek Uranium Terdeplesi Pentagon, mengatakan tidak mungkin sepenuhnya mendekontaminasi sebuah area yang terkena uranium. Masalah kesehatan serius jangka panjang yang disebabkan oleh penggunaan uranium terdeplesi dalam bom bisa beragam mulai dari kanker hingga leukimia dan mutasi genetis.
Sementara, fisikawan kimia Marion Falk dari Laboratorium Lawrence Livermore di California mengatakan bahwa bom DU, adalah senjata yang sempurna untuk membunuh orang dalam jumlah besar.

Cacat Genetik
Uranium terdeplesi, adalah uranium yang mempunyai kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam, biasanya sebagai akibat dari proses pengayaan uranium. Penggunaan rudal depleted uranium menjadi kontroversi karena menimbulkan pengaruh yang hebat bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang. Di antaranya adalah, kerusakan ginjal, kanker, gangguan kulit dan cacat genetik.
Media massa Barat sendiri telah meributkan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam serangan ke Libya itu sejak sekitar akhir Maret lalu. Menurut laporan yang dirilis Koalisi Anti Perang di situsnya, aliansi militer pimpinan AS telah menjatuhkan bom dan rudal di beberapa kota Libya berisi DU.
Bahkan sejak 24 jam pertama perang di Libya, puluhan bom dan rudal jelajah yang diluncurkan oleh AS, Inggris, dan pasukan Perancis - semua mengandung hulu ledak depleted uranium (DU). Disebutkan pula bahwa pesawat US B-2 menjatuhkan empat puluh lima bom dengan berat 2.000 pound di kota-kota strategis Libya.
"Rudal Depleted Uranium cocok dengan deskripsi bom kotor dalam segala hal ... saya akan mengatakan bahwa itu adalah senjata yang sempurna untuk membunuh banyak orang," kata Marion Falk, fisikawan kimia (Purnawirawan), Lawrence Livermore Lab di California seperti dikutip Press TV.

Dipakai di Irak
PBB telah melarang pembuatan, pengujian, penggunaan, penjualan, dan penyimpanan senjata uranium terdeplesi. Tapi perlu diketahui, AS menjatuhkan ribuan bom uranium terdeplesi di kota Fallujah, Irak, pada tahun 2003, yang menewaskan ribuan orang, menjadikan serangan itu sebagai kutukan.
Sebagian besar dari semua kelahiran di Fallujah sejak serangan itu telah menderita ketidaknormalan dan tingkat mutasi di antara bayi yang baru lahir lebih tinggi daripada yang ditemukan di Jepang setelah Amerika menyerang negara Asia itu dalam Perang Dunia II.
Pesawat perang AS, Inggris, Perancis, Kanada, Denmark, dan Belgia telah meluncurkan serangan terhadap Libya sejak tanggal 19 Maret di bawah Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB yang memberikan wewenang untuk semua langkah yang diperlukan guna melindungi warga sipil.
Juru Bicara Libya pemerintah Mussa Ibrahim di Tripoli mengatakan setidaknya 114 orang - banyak dari mereka warga sipil - telah tewas dalam serangan udara yang dipimpin AS di negara ini.
Jumlah korban tewas dari warga sipil setidaknya membantah klaim pasukan asing di Libya untuk melindungi warga sipil dari serangan pasukan loyalis Qaddafi. Sementara itu, Direktur staf gabungan militer AS Bill Gortney mengatakan kepada wartawan di Pentagon bahwa ia tidak mengetahui adanya penggunaan amunisi uranium terdeplesi di Libya.